Pages

Selasa, 13 Desember 2011

Ma Eroh, 3 Tahun Wafat Masih Dikenang

Ma Eroh, 3 Tahun Wafat Masih Dikenang


Tiga tahun sudah Ma Eroh wafat. Namun jasa peraih Penghargaan Kalpataru ini tak pudar bagi masyarakat Tasikmalaya, dan kini diusulkan jadi nama jalan untuk mengingatnya.
Masyarakat Kecamatan Cisayong meminta ekskutif dan legislatif di Kabupaten Tasikmalaya menjadikan nama Ma Eroh sebagai nama jalan di pusat ibu kota Kabupaten Tasikmalaya itu.
Mereka berharap, dengan menjadikan kebesaran Ma Eroh sebagai salah satu nama jalan, masyarakat Tasikmalaya khususnya Cisayong akan terus mengingat jasa perempuan perkasa itu.
Istri dari mantan Kades pertama di Santanamekar, Ny Tiktik (55) misalnya. Dia mengatakan tiga tahun sudah Ma Eroh Wafat. Namun dia berharap, kebesaran nama Ma Eroh tetap harus diingat dan menjadi kebanggaan masyarakat Kabupaten Tasikmalaya khususnya di Kecamatan Cisayong, dengan menjadikan nama Ma Eroh sebagai salah satu nama jalan di pusat ibu kota Kabupaten Tasikmalaya.
"Nama Jl Ma Eroh sangat layak ada di pusat ibu kota Kabupaten Tasikmalaya," ujarnya.
Hal tersebut didukung Kades Santanamekar, Didi Kuswara. Menurutnya, layak sekali jika nama Ma Eroh dijadikan sebagai nama jalan di Kabupaten Tasikmalaya. Karena sosok perempuan perkasa itu, selain telah mencurahkan hidupnya bagi lingkungan dan memberikan manfaat bagi masyarakat dengan hasil kerja kerasnya, juga telah membawa nama baik Kabupaten Tasikmalaya.
Untuk menjadikan nama jalan penerima penghargaan Kalpataru tahun 1998 itu, atas nama perwakilan masyarakat dan kepala desa, ia akan mengusulkan ke tingkat kecamatan dan Pemkab Tasikmalaya.
"Selain meraih penghargaan Kalpataru pada tahun 1998, beliau juga meraih penghargaan dari Presiden Megawati tahun 2002, Menteri Peranan Wanita, PBB, Walhi dan Menteri Lingkungan Hidup," kata dia.
Dijelaskan dia, perempuan berhati baja warga Kampung. Pasirkadu, Desa Santanamekar, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya itu dengan kelembutannya sebagai seorang wanita mampu membelah gunung membuat sebuah saluran air sepanjang 5 km. Dia mampu memecah lereng tegak di tebing cadas, di wilayah kaki Gunung Galunggung hanya dengan menggunakan cangkul dan balincong untuk mengebor tebing cadas.
Sebelumnya, sekitar 145,5 hektar lahan pertanian yang ada di Desa santanamekar dan sekitarnya merupakan tadah hujan. Masyarakat hanya mampu melakukan cocok tanam sekali per tahun, karena tidak memiliki sumber mata air yang cukup.
Namun, berkat tekad, kerja keras dan semangat pantang menyerah untuk menjadikan kondisi tanah lebih subur Ma Eroh berhasil membuat saluran untuk mengalirkan air dari sumber mata air Pasir Lutung sepajang 5 KM mengitari delapan bukit dengan kemiringan 60 hingga 90 derajat.
"Pengerjaan dibantu warga yang mau membantunya, dilakukan sekitar 2,5 tahun lamanya. Hasilnya, lahan pertanian Desa Santanamekar bisa terairi sepanjang tahun hingga saat ini," ucapnya.
Kata dia, kini warga bisa bercocok tanam padi sawah dan tanaman hortikultural. Bahkan, padi sawah sebagai tanaman utama sekaligus tanaman unggulan Desa santanamekar yang menyumbangkan pemasukan terbesar warga. Hasilnya, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan tiap keluarga tetapi juga untuk diperjual belikan.
"Tiga tahun sudah Ma Eroh wafat, namun hasil karyanya tidak akan hilang sampai kapan pun. Dan, sejak wafatnya Ma Eroh banyak yang mengusulkan nama Ma Eroh menjadi ikon Kab Tasikmalaya," ungkapnya.
Camat Cisayong, Drs Yayat mengatakan, aspirasi masyarakat untuk mengabadikan nama Ma Eroh sebagai nama jalan memang layak sekali dan akan disampaikan ke Pemkab Tasikmalaya. Apalagi aspirasi itu datangnya dari warga berbagai kalangan. Bahkan tidak hanya dari wilayah Kecamatan Cisayong saja, namun banyak dari luar Cisayong juga, ungkapnya

0 komentar:

Posting Komentar